cinta pertama

saat aku mulai mengenal dirimu mengkin masih terasa janggal jika seorang anak perempuan yang masih lugu kalau ingin membahas soal cinta. tapi aku dibalik sisi anak-anakku yang mulai menghilang seiring bertambah dewasanya diriku, saat aku mulai memperhatikan setiap langkah para anak laki-laki, mungkin waktu itu masih terlihat konyol memperhatikan diam-diam dibalik jendela kelas sambil tersenyum simpul saat melihatmu tersenyum, ya meskipun bukan kepadaku tapi bagiku melihat senyummu waktu membuatku cukup selalu bahagia untuk menyambut pagi , bersemangat menuntut ilmu meskipun waktu itu kita beda kelas dan jam masuk sekolah aku masuk siang dan kamu pagi , aku murid baru yang biasa dan kamu ketua osis yang tenar,sedikit lucu kalau harus mengingat itu semua

mulai dari awal pertemuan , memendam rasa diam-diam seiring tuhan menakdirkan kita untuk menjadi sahabat, bukannya rasa itu berkurang tapi setiap hari makin bertambah saja aku sempat berfikir apa maksud tuhan mendekatkan aku dan kamu sampai begitu sangat dekat dengan batasan sahabat apakah aku tidak terlalu bersyukur jika harus meminta lebih dari sahabat?
bukankah aku harusnya patut bersyukur tidak ada lagi aku yang melihatmu dari jauh sambil tersenyum simpul? justru sejak tuhan menakdirkan kita menjadi sahabat aku bahkan bisa tertawa dan tersenyum jauh lebih dekat dari posisiku semula sebagai pengagum rahasiamu? tapi sesungguhnya tuhan menjadi sahabat dengannya jauh lebih menyakitkan ketimbang menjadi pengagum rahasianya, mengapa demikian?sebab, aku harus berpura-pura tidak suka kepadanya atas nama sahabat , aku harus berpura-pura gembira saat dia bercerita kalau dia sedang jatuh cinta, bukankah menjadi sahabatnya harus hidup dalam kebohongan? kebohongan kalau rasa ini tak pernah aku punya untuknya , kebohongan jika aku tak pernah menginginkan dia menjadi lebih dari sahabat , kebohogan untuk menjadi teman curhat dia tentang sosok wanita yang dicintainya? dan kujalani semua kebohongan itu sampai akhirnya aku harus pindah sekolah dan semenjak saat itu aku berhenti menjadi sahabatnya, aku tak pernah tau bagaimana perasaan dia saat dia tau kalau aku telah pindah sekolah.

aku pikir rasaku akan terpendam terus, tapi entah kenapa dia telah mengetahui rasaku ini sejak awal, justru aku yang merasa hidup dalam semua kebohongan dan berpura-pura ternyata dia lebih lihai berseni peran menyimpan semua itu, dia bisa sangat terlihat biasa seolah-olah tidak pernah tau tentang perasaanku dan aku sempat bahagia waktu mengetahui ternyata dia telah mengetahui perasaanku



Komentar

Postingan Populer